Sabtu, 22 Agustus 2009


Alkohol, Bahan Bakar Minyak Masa Depan PDF Print E-mail
Kenaikan BBM yang mencapai rata-rata 150 persen, agaknya menyebabkan masyarakat mulai melirik alternatif energi yang lebih murah. Salah satu bahan bakar yang mulai dirintis pengembangannya secara massal di Indonesia adalah penggunaan alkohol sebagai bahan bakar. Seperti apakah itu dan bagaimana efeknya terhadap lingkungan hidup sekitar kita?
MULAI diliriknya alternatif energi lain oleh masyarakat, seperti penggunaan alkohol sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, merupakan suatu yang positif. Sebab, penggunaan bahan bakar fosil secara kontinu dan dalam kuantitas yang cukup besar, sebenarnya memunculkan paling sedikit dua ancaman serius.

Ancaman tersebut berupa faktor ekonomi karena ketersediaan bahan bakar ini akan habis dalam beberapa dekade mendatang serta bertambah mahalnya bahan bakar tersebut seiring dengan menipisnya stok dan juga faktor lingkungan. Seperti diketahui polusi yang ditimbulkan akibat gas buangan bahan bakar fosil sangat mengganggu lingkungan.

Memang, polusi yang ditimbulkan dari pembakaran bahan bakar fosil ini tidak langsung dirasakan efeknya bagi manusia dan lingkungan. Namun, tidak dapat dimungkiri emisi buangan dari bahan bakar fosil ini memiliki dampak langsung maupun tidak langsung kepada derajat kesehatan manusia.

Polusi langsung yang menyebabkan memburuknya kesehatan manusia dan lingkungan bisa berupa gas-gas berbahaya, seperti CO, NOx, dan UHC (unburn hydrocarbon), juga unsur metalik seperti timbal (Pb). Sementara itu, polusi tidak langsung mayoritas berupa ledakan jumlah molekul CO2 yang berdampak pada pemanasan global (Global Warming Potential).

Kesadaran terhadap ancaman serius yang dapat ditimbulkan dari penggunaan bahan bakar fosil ini menyebabkan para pakar mengintensifkan berbagai risetnya. Riset-riset ini bertujuan menghasilkan sumber-sumber energi (energy resources) ataupun pembawa energi (energy carrier) yang lebih terjamin keberlanjutannya (sustainable) dan lebih ramah lingkungan.

Penggunaan alkohol sebagai bahan bakar mulai diteliti dan diimplementasikan di Amerika Serikat (AS) dan Brazil sejak terjadinya krisis bahan bakar fosil di kedua negara tersebut pada tahun 1970-an. Brazil tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki keseriusan tinggi dalam implementasi bahan bakar alkohol untuk keperluan kendaraan bermotor dengan tingkat penggunaan bahan bakar ethanol saat ini mencapai 40 persen secara nasional.

Di AS sendiri, bahan bakar ethanol relatif murah, misalnya saja E85, yang mengandung ethanol 85 persen semakin populer di masyarakat. Selain ethanol, methanol juga tercatat digunakan sebagai bahan bakar alkohol di Rusia. Pemanfaatan ethanol juga sedang gencar dilakukan di Jepang. Bahkan, Kementerian Lingkungan Hidup Jepang telah menargetkan pada tahun 2008 campuran gasolin dengan ethanol 10 persen akan digunakan untuk menggantikan gasolin di seluruh Jepang.

Kementerian yang sama juga meminta produsen otomotif di Jepang untuk membuat kendaraan yang mampu beroperasi dengan bahan bakar campuran tersebut mulai tahun 2003. Tak heran jika kemudian kendaraan buatan Jepang sudah dilengkapi dengan mesin yang mampu menerima bahan bakar campuran ini.

Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Negara Riset dan Teknologi telah menargetkan pembuatan minimal satu pabrik biodiesel dan gasohol (campuran gasolin dan alkohol) pada tahun 2005-2006. Selain itu, ditargetkan juga bahwa penggunaan bioenergy tersebut akan mencapai 30 persen dari pasokan energi nasional pada tahun 2025.

Ethanol bisa digunakan dalam bentuk murni ataupun sebagai campuran untuk bahan bakar gasolin (bensin) maupun hidrogen. Interaksi ethanol dengan hidrogen bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi fuel cell ataupun dalam mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) konvensional.

Pada tulisan ini, dibahas secara singkat: (1) dampak penggunaan ethanol pada mesin pembakaran dalam dengan penyalaan busi (spark ignition), dan (2) implementasi bahan bakar ethanol di Brazil -- negara yang secara serius menggunakan bahan bakar ethanol.

Dewasa ini, hampir seluruh mesin pembangkit daya yang digunakan pada kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam. Mesin bensin (otto) dan diesel adalah dua jenis mesin pembakaran dalam yang paling banyak digunakan di dunia.

Mesin diesel, yang memiliki efisiensi lebih tinggi, tumbuh pesat di Eropa. Sedangkan komunitas di AS yang cenderung khawatir pada tingkat polusi sulfur dan UHC pada diesel, lebih memilih mesin bensin. Meski saat ini, mutu solar dan mesin diesel yang digunakan di Eropa sudah semakin baik yang berimplikasi pada rendahnya emisi sulfur dan UHC.

Ethanol yang secara teoretik memiliki angka oktan di atas standar maksimal bensin, cocok diterapkan sebagai substitusi sebagian ataupun keseluruhan pada mesin bensin. Terdapat beberapa karakteristik internal ethanol yang menyebabkan penggunaan ethanol pada mesin Otto lebih baik daripada gasolin.

Ethanol memiliki angka research octane 108.6 dan motor octane 89.7. Angka tersebut (terutama research octane) melampaui nilai maksimal yang mungkin dicapai oleh gasolin (pun setelah ditambahkan aditif tertentu pada gasolin). Sebagai catatan, bensin yang dijual Pertamina memiliki angka research octane 88.

Angka oktan pada bahan bakar mesin Otto menunjukkan kemampuannya menghindari terbakarnya campuran udara-bahan bakar sebelum waktunya (self-ignition). Terbakarnya campuran udara-bahan bakar di dalam mesin Otto sebelum waktunya akan menimbulkan fenomena ketuk (knocking) yang berpotensi menurunkan daya mesin, bahkan bisa menimbulkan kerusakan serius pada komponen mesin.

Selama ini, fenomena ketuk membatasi penggunaan rasio kompresi (perbandingan antara volume silinder terhadap volume sisa) yang tinggi pada mesin bensin. Tingginya angka oktan pada ethanol memungkinkan penggunaan rasio kompresi yang tinggi pada mesin Otto. Korelasi antara efisiensi dengan rasio kompresi berimplikasi pada fakta bahwa mesin Otto berbahan bakar ethanol (sebagian atau seluruhnya) memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar gasoline.

Dua ancaman serius yang muncul akibat ketergantungan terhadap bahan bakar gasoline, yakni faktor ekonomi (keterbatasan eksplorasi yang berakibat pada suplai, harga, dan fluktuasinya) dan faktor polusi bahan bakar fosil yang tidak ramah lingkungan, menyebabkan kita mesti memikirkan alternatif energi.

Alternatif energi ini haruslah yang lebih terjamin pengadaannya serta ramah terhadap lingkungan. Gasohol adalah salah satu alternatif yang memungkinkan transisi ke arah implementasi energi alternatif berjalan dengan mulus
sumber : www.balipost.com

LAPORAN PELAKSANAAN PPL SIKLUS I

NAMA : SARWENDAH WIRATAMA

NIM : E1E 107081

KELAS : B

KAB : BIMA

I. PEMBAHASAN RPP

PELAKSAKSANAAN : 15 AGUSTUS 2009

TEMPAT PELAKSANAAN : SDN.INPRES CENGGU

Standar kompetensi : 1. memahami penjelasan tentang petunjuk dan cerita anak yang

dilisankan ( BI )

2. memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar 3. rumah dan sekolah ( IPS )

4. melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka ( MM )

Kompetensi dasar : 1. melakukan sesuatu berdasarkan penjelasan yang disampaikan

secara lisan (BI )

2. membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah ( IPS)

3. melakukan operasi hitung bilangan sampai 3 angka ( MM )

Indikator : 1. Menjelaskan petunjuk lokasi dengan singkat dan jelas ( BI )

2. Menggambar denah lingkungan sekitar sekolah ( IPS )

3. Melakukan operasi penjumlahan tanpa menyimpan{ MM )

A. Tujuan pembelajaran

Disajikan gambar denah lingkungan sekitar dan kartu bilangan siswa dapat

1. Menjelaskan petunjuk lokasi dengan singkat dan jelas ( BI )

2. Membaca denah ( IPS )

3. Menggambar denah lingkungan sekitar sekolah ( IPS )

4. Melakukan operasi penjumlahan tanpa menyimpan{ MM )

B. Materi pembelajaran

1. Petunjuk Denah

Contoh: Teks petunjuk denah yang dapat digunakan guru sebagai alat untuk pengantar pembelajaran petunjuk denah lokasi suatu tempat.

Adi tinggal di Jalan lintas cenggu runggu nomor 5, rumahnya tidak jauh dari sekolahnya SDN Inpres Cenggu.tiap pagi Adi berangkat sekolah bersama ayah dan ibunya Ayahnya bekerja di kantor kecamatan yang berada di sebelah barat sekolah Adi, sedangkan ibunya bekerja di puskesmas yang berada disebelah selatan sekolah Adi.

Hari ini siswa kelas III sedang berolah raga mereka bermain sepak bola di lapangan,lapangan sepak bola berada di sebelah selatan kantor kecamatan,di sebelah barat lapangan ada SMP 2 belo,tempat kakak Adi bersekolah.

Setiap pulang sekolah Adi selalu mengikuti sholat dzuhur berjama’ah di masjid Al-Ikhlas. Masjid Al-Ikhlas terletak di Jalan lintas Tente Cenggu,. Sebelah selatan masjid ada kantor dinas dikpora dan di sebelah selatan kantor dinas dikpora ada TK.Pembina.sedangkan kantor kepolisian terdapat di sebelah timur kantor dinas dikpora

2. Gambar denah lingkungan sekolah

3. Gambar-gambar penunjang isi denah

C. Metoda Pembelajaran

1. Model Pembelajaran : CTL,matematika realistic.

2. Metoda Pembelajaran : diskusi,tanya jawab,penugasan

II. IMPLEMENTASI RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Sekolah : SDN.Inpres Cenggu

Tema : lingkungan

Kelas/Semester : III/1

Waktu : 2 x 35 menit

Standar kompetensi : 1. memahami penjelasan tentang petunjuk dan cerita anak yang

dilisankan ( BI )

2. memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar 3. rumah dan sekolah ( IPS )

4. melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka ( MM )

Kompetensi dasar : 1. melakukan sesuatu berdasarkan penjelasan yang disampaikan

secara lisan (BI )

2. membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah ( IPS)

3. melakukan operasi hitung bilangan sampai 3 angka ( MM )

Indikator : 1. Menjelaskan petunjuk lokasi dengan singkat dan jelas ( BI )

2. Menggambar denah lingkungan sekitar sekolah ( IPS )

3. Melakukan operasi penjumlahan tanpa menyimpan{ MM )

D. Tujuan pembelajaran

Disajikan gambar denah lingkungan sekitar dan kartu bilangan siswa dapat

5. Menjelaskan petunjuk lokasi dengan singkat dan jelas ( BI )

6. Membaca denah ( IPS )

7. Menggambar denah lingkungan sekitar sekolah ( IPS )

8. Melakukan operasi penjumlahan tanpa menyimpan{ MM )

E. Materi pembelajaran

4. Petunjuk Denah

Contoh: Teks petunjuk denah yang dapat digunakan guru sebagai alat untuk pengantar pembelajaran petunjuk denah lokasi suatu tempat.

Adi tinggal di Jalan lintas cenggu runggu nomor 5, rumahnya tidak jauh dari sekolahnya SDN Inpres Cenggu.tiap pagi Adi berangkat sekolah bersama ayah dan ibunya Ayahnya bekerja di kantor kecamatan yang berada di sebelah barat sekolah Adi, sedangkan ibunya bekerja di puskesmas yang berada disebelah selatan sekolah Adi.

Hari ini siswa kelas III sedang berolah raga mereka bermain sepak bola di lapangan,lapangan sepak bola berada di sebelah selatan kantor kecamatan,di sebelah barat lapangan ada SMP 2 belo,tempat kakak Adi bersekolah.

Setiap pulang sekolah Adi selalu mengikuti sholat dzuhur berjama’ah di masjid Al-Ikhlas. Masjid Al-Ikhlas terletak di Jalan lintas Tente Cenggu,. Sebelah selatan masjid ada kantor dinas dikpora dan di sebelah selatan kantor dinas dikpora ada TK.Pembina.sedangkan kantor kepolisian terdapat di sebelah timur kantor dinas dikpora

5. Gambar denah lingkungan sekolah

6. Gambar-gambar penunjang isi denah

F. Metoda Pembelajaran

3. Model Pembelajaran : CTL,matematika realistic.

4. Metoda Pembelajaran : diskusi,tanya jawab,penugasan

G. Skenario pembelajaran.

tahap

Kegiatan pembelajaran

Alat dan media

Alokasi waktu

pendahuluan

1) Apersepsi, dilakukan dengan bertanya jawab tentang lingkungan sekolah. Tahukah kamu nama jalan di depan sekolahmu? Bangunan apa saja yang ada di depan sekolahmu? Adakah masjid di dekat sekolahmu?

2) Motivasi dilakukan dengan cara menjelaskan manfaat kalau kita terampil membaca petunjuk dan membaca denah.

3) Tujuan dilakukan dengan menjelaskan tujuan pembelaran di atas secara sederhana.

Gambar denah

10 “

inti

1) Guru memperkenalkan konsep arah mata angin dengan lagu “arah mata angin “

2) Siswa dengan bimbingan guru ditugasi untuk membaca teks petunjuk denah tentang lingkungan sekitar sekolah

3) guru menyiapkan gambar denah lingkungan, peserta didik ditugasi mengamati gambar tersebut

4) Guru dan siswa mendiskusikan gambar denah di papan tulis yaitu denah lingkungan sekolah.

5) Guru menginformasikan denah lingkungan sekolah. Peserta didik mengamati denah yang ditunjukkan oleh guru, kemudian peserta didik menunjukkan letak setiap lokasi dalam denah dengan tanda-tanda gambar yang telah disiapkan guru

6) Kemudian peserta didik ditugasi menempelkan tanda-tanda tersebut sesuai dengan keperluannya

7) Guru memperkenalkan konsep penjumlah tanpa menyimpan dengan menghubungkan jarak rumah siswa dengan tempat siswa bersekolah,contoh : jarak sekolah dengn jembatan cenggu adalah 100 m sedangkan jarak jembatan cenggu ke rumah Adi adalah 50 meter ,jadi berapakah jarak rumah Adi dengan sekolah ?

8) Dengan bimbingan guru siswa berlatih meyelesaikan operasi penjumlahan dengan mengambil contoh pada kehidupan sehari-hari di sekitar lingkungan siswa,misalnya : Adi membeli buku Rp 500,00 dan pensil Rp 125,00,berapa uang yang harus dibayarkan oleh Adi ?

9) Dengan bimbingan kelompok siswa berlatih menyelesaikan LKS tentang operasi penjumlahan

10) Masing-masing kelompoh diberi tugas untul\k melaporkan hasil diskusinya di depan kelas

11) Memberikan penghargaan bagi kelompok yang berprestasi

Denah lingkungan sekolah dan teks petunjuk membaca denah

Kartu bilangan

55 “

penutup

1) Melakukan refleksi terhadap pembelajran yang telah berlangsung

2) Menyimpulkan dan merangkum materi pembelajaran

3) tindak lanjut,yaitu memberikan tugas kepada siswa untuk membuat denah di sekitar rumah tempat tinggalnya dan memperkirakan jarah rumahnya dengan sekolah.

Gambar denah rumah

5 “

H. Sumber pembelajaran

1. Buku Bse Bahasa Indonesia Kelas 3 Halaman 11

2. Buku Bse Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 3 Halaman 4 Sd 5

3. Buku Bse Cerdas Berhitung Kelas 3 Halaman 8

4. Gambar denah sekitar sekolah

5. Teks petunjuk denah

6. Kartu bilangan

I. Penilaian

1. Jenis penilaian : proses dan hasil

2. Teknik : tertulis

3. Bentuk : isian dan uraian

4. Instrumen penilaian

Penilaian proses

Terlampir

Penilaian hasil

I. Isilah titik – titik di bawah ini !

1. Kantor kecamatan Belo dalam denah terletak di sebelah…SDN.Inpres cenggu.

2. Di antara TK Pembina dan Masjid Al Ikhlas terdapat…..

3. Puskesmas berada di sebelah barat…..

4. Di sebelah barat lapangan sepak bola ada…..

5. Rumah Adi beralamat di….

II. Kerjakan soal-soal di bawah ini !

1. Bu Heni membuat rengginang sebanyak 234 buah. Ia membuat lagi rengginang sebanyak 253 buah. Berapakah banyak seluruh rengginang yang dibuat Bu Heni?

2. Pak Ali membuat batu bata sebanyak 825 buah. Beberapa hari kemudian dibuat lagi genting sebanyak 174 buah. Berapa buah batu bata yang dibuat Pak Ali ?

J. Kunci jawaban

Soal isian

1. Barat

2. Kantor dinas dikpora

3. SDN.Inpres Cenggu

4. SMP 2 Belo

5. Jalan lintas cenggu runggu nomor 5

Soal uraian

1. 234 buah + 253 buah = 487 buah

2. 825 buah + 174 buah = 999 buah

K. Indicator penilaian

Soal isian :

Nilai : X 100 (skala 0 – 100)

B = banyaknya butir yang dijawab benar

N = adalah banyaknya butir soal

Soal uraian :

no

langkah

Kunci jawaban

skor

1

1

234 buah + 253 buah

5

2

= 487 buah

5

2

1

825 buah + 174 buah

5

2

= 999 buah

5

Skor maksimum

20

Nilai : X 100

Cenggu, 15 agustus 2009 Guru Pamong Mahasiswa/praktikan

Ratna Dewi,S.Pd. Giri Susilo




Selasa, 18 Agustus 2009

MBS DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN ( bag 1 )

MBS DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN ( bag 1 )
Apakah mutu itu? Apakah ada jaminan bahwa penerapan pembaharuan dalam pola manajemen (pengelolaan) sekolah (MBS) dengan peningkatan mutu sekolah atau pendidikan?. Pertanyaan tersebut juga dikemukakan oleh Abu-Duhou (1999), Wohlstetter & Mohrman (1996). Beberapa penelitian dan kajian MBS di beberapa negara menunjukkan bahwa MBS tidak serta merta menjamin peningkatan mutu pendidikan, terutama apabila MBS dilaksanakan secara sempit atau dilaksanakan secara parsial. Namun demikian, bukan berarti MBS tidak ada kaitannya sama sekali dengan peningkatan mutu pendidikan.
Untuk menjawab sejauh mana keterkaitan antara MBS dan mutu pendidikan, perlu ada pemahaman bersama tentang konsep mutu pendidikan, karena persepsi tentang mutu berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Sejauh mana konsep tentang mutu dan strategi peningkatan mutu dapat diaplikasikan dalam dunia pendidikan dalam kerangka MBS.
Mutu, dalam pengertian umum dapat diartikan sebagai derajat keunggulan suatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang atau jasa. Mutu dapat bersifat abstrak, namun dapat dirasakan, baik itu berupa barang atau jasa. Oleh karena itu makna mutu akan berbeda antara orang yang satu dengan orang lainnya, tergantung dari sudut pandang dan kebutuhannya (Sallis, 1993). Dalam konteks pendidikan banyak pendapat tentang mutu. Namun demikian, kajian tentang mutu dalam pendidikan dapat ditinjau dari aspek input, proses, output dan dampak serta manfaat.
Pendidikan yang bermutu mengacu pada berbagai input seperti tenaga pengajar, peralatan, buku, biaya pendidikan, teknologi, dan input-input lainnya yang diperlukan dalam proses pendidikan. Ada pula yang mengaitkan mutu pada proses (pembelajaran), dengan argumen bahwa proses pendidikan (pembelajaran) itu yang paling menentukan kualitas. Jika mutu ingin diraih, maka proses harus diamati dan dijadikan fokus perhatian. Melalui proses, penyelenggara pendidikan dapat mengembangkan pendidikan, metoda, dan teknik-teknik pembelajaran yang dianggap efektif. Orientasi mutu dari aspek output mendasarkan pada hasil pendidikan (pembelajaran) yang ditunjukkan oleh keunggulan akademik dan nonakademik di suatu sekolah
Banyak sekolah yang mulai sadar bahwa antara berbagai input, proses, dan output, perlu diperhatikan secara seimbang. Bahkan untuk menjamin mutu, langkah-langkah sudah dimulai dari misi, tujuan, sasaran, dan target dalam bentuk desain perencanaan yang mantap. Para pendidik harus selalu sadar akan hasil yang akan diperoleh bagi siswa setelah melalui proses pembelajaran tertentu, dan gambaran akan hasil yang ingin dicapai itu pada gilirannya akan memberikan motivasi untuk mengembangkan input dan proses yang sesuai. Bahkan saat ini mutu pendidikan tidak hanya dapat dilihat dari prestasi yang dicapai, tetapi bagaimana prestasi tersebut dapat dibandingkan dengan standar yang ditetapkan, seperti yang tertuang di dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 35 dan PP No. 19 Tahun 2005.
Penetapan standar untuk melihat mutu pendidikan masih banyak yang didasarkan pada keinginan yang kuat dari pengguna (customer) dan pemangku kepentingan (stakeholder) pendidikan. Termasuk pengguna (customer) dan pemangku kepentingan adalah siswa, guru, orang tua pengguna jasa pendidikan, pengguna jasa lulusan yang menuntut kompetensi tertentu sebagai indikator kelayakan bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan, atau berbagai peran dalam kehidupan sosial – yang merupakan output pendidikan. Sementara masalah input dan proses dianggap sebagai masalah internal sekolah yang merupakan prerogatif profesi tenaga kependidikan. Sebenarnya, input, proses, dan output tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ketiganya merupakan masalah internal atau eksternal yang akan menentukan mutu pendidikan sekolah.
Dari segi lingkup kompetensi yang harus dicapai begitu luas. Pandangan tentang mutu pun kemudian meliputi berbagai aspek kompetensi. Bukan hanya menyangkut ranah kognitif tetapi juga afektif, psikomotor, dan bahkan spiritual. Mutu tidak hanya terfokus pada pencapaian atau prestasi akademis (academic achievement), tetapi juga bidang-bidang nonakademik, seperti prestasi seni, ketrampilan sosial, keterampilan vokasional, serta penghayatan dan pengamalan spiritual dalam bentuk budi pekerti luhur. Yang sering menjadi masalah adalah bagaimana menilai secara akurat berbagai aspek kompetensi tersebut. Apalagi kalau seluruhnya harus berdasarkan standar nasional. Sementara itu, sebagian ranah kemampuan yang dicapai untuk sebagian relatif sukar mengukurnya. Beberapa jenis kompetensi juga banyak yang lebih bersifat lokal, seperti keterampilan vokasional, keterampilan sosial, serta budi pekerti.
Menurut Sallis (1993), terdapat tiga pengertian konsep mutu. Pertama, mutu sebagai konsep yang absolut (mutlak), kedua, mutu dalam konsep yang relatif, dan ketiga mutu menurut pelanggan.
Dalam pengertian absolut, sesuatu disebut bermutu jika memenuhi standar yang tertinggi dan tidak dapat diungguli, sehingga mutu dianggap sesuatu yang ideal yang tidak dapat dikompromikan, seperti kebaikan, keindahan, kebenaran. Mutu dalam konsep ini menunjukkan keunggulan status dan posisi dengan mutu tinggi (high quality). Jika dikaitkan dengan konteks pendidikan, maka konsep mutu absolut bersifat elit karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang dapat memberikan pendidikan dengan high quality kepada siswa, dan sebagian besar siswa tidak dapat menjangkaunya.



PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DALAM PENDIDIKAN UNTUK KEHIDUPAN MASYARAKAT

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DALAM PENDIDIKAN UNTUK KEHIDUPAN MASYARAKAT

Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan mengalami perkembangan. Berkaitan dengan dunia pendidikan perkembangan pengetahuan dan teknologi terus berlangsung. Dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dipergunakan untuk kemajuan kehidupan masyarakat.

Kaitan antara pendidikan (sekolah) dengan masyarakat dapat dikaji berdasarkan pendapat-pendapat sebagai berikut:

Menurut Popenoe dalam Ahmadi (2004:182) fungsi pendidikan untuk masyarakat adalah :

1) transmisi kebudayaan masyarakat,

2) menolong individu memilih dan melakukan peranan sosial,

3) menjamin integrasi sosial,

4) sebagai sumber inovasi sosial. Sedangkan menurut Broom dan Selznick dalam Ahmadi (2004:182) fungsi pendidikan adalah untuk :

1) transmisi kebudayaan,

2)integrasi sosial,

3) inovasi,

4) seleksi dan alokasi,

5) mengembangkan kepribadian anak.

Dari kedua pendapat ahli tersebut di atas ada unsur-unsur yang hamper sama, dan pendapat dari Broom dan Selznick ada sedikit perbedaan karena menambah unsur yang kelima yaitu mengembangkan kepribadian anak. Berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang pendidikan, dari beberapa unsur yang ada, memiliki kaitan erat yaitu menyangkut inovasi (pembaruan). Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pendidikan membawa pembaruan dalam bidang kehidupan masyarakat.

Sebagai contoh pengaruh yang positif, dengan ditemukannnya energy nuklir maka dapat dipakai untuk pembangkit tenaga listrik. Walaupun ada pihak yang kontra yaitu adanya dampak negatif misalnya pembuangan limbah nuklir, seandainya ada kecelakaan pembangkit listrik seperti kasus Kernobil. Contoh yang lain dengan pengembangan energi yang dapat diperbarukan seperti minyak jarak; pengembangan tenaga-tenaga panas bumi, pemanfaatan sinar matahari. Hal tersebut dapat mengurangi ketergantungan manusia terhadap minyak bumi yang saat ini cadangannya semakin berkurang.

Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang pendidikan makadapat bermanfaat untuk pembaruan kehidupan masyarakat. dapat bermanfaat untuk pembaruan kehidupan masyarakat.