Selasa, 31 Maret 2009

Energi
Pergeseran pemakaian sumber energi telah terjadi berkali-kali. Masyarakat sederhana dari dahulu sampai sekarang menggunakan tenaga manusia atau hewan, dan bahan bakar kayu, arang, atau kotoran hewan.Akan tetapi dalam masyarakat industri, produksi menggunakan bahan bakar batubara atau minyak dan gas bumi. Permasalahan muncul ketika terjadi kenaikan harga minyak yang menyebabkan terjadinya krisis energi di negaranegara yang tidak menghasilkan tetapi membutuhkan komoditi tersebut untuk kelangsungan industrinya, seperti Jepang, Jerman, Belanda. Terganggunya sistem kerja industri akibat dari mahalnya salah satu prasarana industri ini menyebabkan terjadinya penambahan angka pengangguran. Menurut Umi Oktyari Retnaningsih (1999), sumber-sumber energi yang paling banyak digunakan untuk memenuhi konsumen, adalah:

a. sumber bahan bakar dari fosil, yaitu minyak 40%, batubara 30,3%, gas 10,7%;
b. tenaga air 30%, tenaga nuklir 15% terutama untuk pembangkit tenaga
listrik; dan
c. bahan bakar dari biomas (kayu, sisa-sisa hasil pertanian, dan kotoran hewan), merupakan persediaan energi di negara-negara terbelakang.
Padahal jumlah energi yang dapat dihasilkan kembali (renewable) hanya berjumlah 21% dari energi yang digunakan di dunia. Sementara energy alternatif, seperti nuklir dan etanol pemanfaatannya masih sangat terbatas. Pemakaian energi akan berdampak negatif terhadap lingkungan, misalnya
dalam bentuk aliran asam, emisi etana dan limbah tambang, tumpahan minyak dari instalasi pantai/lepas pantai dan dari kapal, pencemaran udara oleh sulfur dioksida, nitrogen oksida, dan karbon dioksida ketika batubara, minyak atau gas dibakar.
Industri-industri energi merupakan pemakai utama sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Industri energi dan pemakaian produk-produknya menghasilkan limbah dalam jumlah besar, misalnya penggunaan system pemanas/pendingin ruangan.
Pusat-pusat pembangkit daya membuang limbah panas ke lingkungan sekitar, dalam bentuk air panas, udara panas, uap panas. Banyak bangunan tidak terisolasi dengan baik, yang merupakan pemborosan karena panas dari luar bisa bocor ke dalam atau sebaliknya. Kendaraan bermotor mengkonsumsi sepertiga dari kebutuhan minyak dunia, energi ini selain tidak efisien juga
merupakan sumber pencemaran utama. Permasalahan produksi dan konsumsi energi sama-sama berdampak negative terhadap lingkungan. Mencegah dan memperbaiki lingkungan hidup berarti
mengurangi tingkat produksi dan konsumsi atau mengubah polanya menjadi tindakan-tindakan yang barangkali tidak dapat memuaskan semua pihak. Reaksi positif terhadap pencemaran oleh kendaraan bermotor dapat diatasi dengan mengurangi pemakaiannya atau menambah alat pengontrol pencemaran. Pembangunan PLTA memerlukan bendungan berarti harus mengorbankan sebagian masyarakat. Pembangkit listrik menggunakan daya angin, cahaya surya, dan gelombang, berarti mengganggu habitat dan kenikmatan hidup.
Keterbatasan akan energi telah mendorong manusia untuk mengatasi permasalahan ini dengan cara mencari energi alternatif. Namun energy alternatif inipun tidak menjamin kerusakan lingkungan. Penggunaan energy alternatif tenaga nuklir, ada kekhawatiran bahaya Chernobyl akan terulang
kembali, dan kenyataannya sampai sekarang limbah tersebut dampaknya belum menjamin keamanan dan kesehatan manusia.
Pemakaian batubara dan bahan bakar yang mengandung karbon menimbulkan permasalahan pula. Gas hasil pembakaran batubara, yaitu sulfur dioksida (SO2) akan berdampak lokal maupun global. Di atmosfer SO2 bereaksi dengan air dan menghasilkna asam sulfur yang membayakan makhluk tertentu. Hujan sulfur atau yang dikenal dengan hujan asam akan mematikan makhluk air dan tumbuh-tumbuhan.
tindakan apa yang akan kita lakukan?
Jawabanya adalah partisipasi aktif dengan melakukan konservasi (pemakaian secara bijaksana).
Tindakan itu misalnya menghindari kebiasaan meninggalkan televisi dalam keadaan hidup, penggunaan listrik secara hemat, menggunakan kendaraan bilamana perlu, dan sebagainya.
Sumber : pengembangan ips


Tidak ada komentar:

Posting Komentar